Arifin, M. dan H. Jayaputra. 1986. Tingkat kerusakan kedelai berdasarkan respons pertumbuhan tanaman terhadap defoliasi, pp. 79-82. Dalam M. Syam dan Yuswadi (Eds.). Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Vol. 1 Palawija. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.
Muhammad Arifin1 dan Hermanto Jayaputra2
Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor
Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung
ABSTRAK
Tingkat defoliasi sebesar 0, 17, 33, 50, dan 67% diteliti pada stadia serangan hama: vegetatif, pembungaan, dan pengisian polong. Sepanjang stadia vegetatif, defoliasi mempengaruhi pertumbuhan luas daun. Semakin tinggi tingkat defoliasi, semakin tinggi pula pertumbuhan yang diperoleh. Sepanjang stadia vegetatif, pembungaan, dan pengisian polong, defoliasi tidak mempengaruhi rata-rata laju asimilasi bersih (LAB) dan laju pertumbuhan rata-rata tanaman (LPT) tapi berpengaruh nyata terhadap rata-rata indeks luas daun (ILD). Semakin tinggi tingkat defoliasi, semakin rendah ILD. Melalui persamaan regresi terlihat bahwa keragaman ILD lebih ditentukan oleh sisa luas daun daripada luas daun yang hilang. Disarankan agar dalam pengamatan tingkat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh hama pemakan daun, dilakukan pengukuran luas daun tersisa segera setelah defoliasi.
Tingkat kerusakan tanaman kedelai oleh hama daun ditentukan dengan metoda rating melalui pengukuran luas daun yang hilang setelah defoliasi. Metode tersebut perlu dikoreksi karena yang menentukan pertumbuhan tanaman adalah indeks luas daun dan bukan luas daun yang hilang setelah defoliasi.
Teknik analisis pertumbuhan tanaman dapat digunakan untuk mempelajari respons pertumbuhan tanaman terhadap defoliasi oleh hama daun (1). Penggunaan teknik tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa defoliasi oleh hama daun menentukan indeks luas daun, dan indeks luas daun menentukan berat kering tanaman. Berdasarkan pertimbangan tersebut, tingkat kerusakan tanaman oleh hama daun dapat ditentukan berdasarkan indeks luas daun atau luas daun yang tersisa setelah defoliasi.
Penelitian ini mengungkapkan pengaruh defoliasi terhadap pertumbuhan tanaman setelah defoliasi serta membandingkan luas daun yang hilang dan yang tersisa setelah defoliasi dalam hubungannya dengan berbagai parameter pertumbuhan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor pada bulan Maret sampai dengan Juli 1985. Rancangan yang digunakan adalah Petak Terpisah dengan tiga ulangan; 3 perlakuan stadia tanaman sebagai petak utama, 5 perlakuan defoliasi sebagai anak petak.
Kedelai varietas Orba ditanam di tegalan pada 45 petak berukuran 180 x 140 cm. Barisan berjarak 40 cm, tanaman dalam barisan berjarak 20 cm dan 2 tanaman per rumpun. Dosis pemupukan adalah 20 kg N + 72 kg P2O5 + 50 kg K2O/ha diberikan di samping barisan tanaman pada saat tanam. Inokulasi Rhizobium menggunakan legin, dicampurkan pada benih saat akan tanam.
Perlakuan defoliasi dilakukan pada tanaman stadia V6 (vegetatif), R2 (pembungaan penuh) dan R5 (pengisian polong) dengan pemotongan sebesar 0, 1/6, 2/6, 3/6, dan 4/6 bagian pada semua daun berangkai tiga yang telah membentang sempurna. Monokrotofos digunakan untuk mencegah serangan hama. Insektisida ini diaplikasikan seminggu sekali sejak 8 hari setelah tanam sampai panen.
Pengambilan contoh tanaman dilakukan dengan pencabutan pada 0 dan 10 hari setelah perlakuan, masing-masing sebanyak 5 rumpun per barisan tanaman. Pengamatan meliputi (1) luas daun, (2) banyak daun, (3) berat kering daun dan (4) berat kering tanaman di atas pangkal batang. Pengukuran luas daun dilakukan dengan pengukur daun elektronik, pengukuran berat kering daun dan tanaman dilakukan setelah dipanggang dalam oven pada 650C selama 48 jam.
Pertumbuhan tanaman setelah defoliasi (P) dihitung dengan persamaan berikut:
A2 – A1
P = ------------ x 100%
A1
A = luas daun, banyak daun, berat kering daun atau berat kering tanaman;
1 dan 2 = pengukuran pertama dan kedua.
Dalam analisis pertumbuhan, parameter pertumbuhan seperti rata-rata indeks luas daun (ILD), laju asimilasi bersih (LAB) dan laju pertumbuhan tanaman (LPT) dihitung dengan persamaan berikut (3):
ILD = (L2 – L1) (logeL2 - logeL1)
LAB = (B2 – B1) (logeL2 - logeL1) / (W2 – W1) (L2 – L1)
LPT = (B2- B1) / (W2 – W1)
L = luas daun per unit luas tanah;
B = berat kering tanaman per unit luas tanah;
W = waktu;
1 dan 2 = pengukuran pertama dan kedua.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Setelah Defoliasi
Tabel 1 menunjukkan bahwa stadium tanaman berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman (luas daun, banyak daun, berat kering daun, dan berat kering tanaman) pada 10 hari setelah defoliasi. Semakin lanjut umur tanaman semakin rendah pertumbuhannya.
Pertumbuhan tanaman setelah defoliasi ditentukan oleh banyaknya akumulasi karbohidrat yang tersedia untuk proses pertumbuhan tanaman (2). Pada V6, akumulasi karbohidrat digunakan untuk proses pertumbuhan bagian vegetatif tanaman. Pada R2, karbohidrat disimpan untuk sementara di batang dan sebagian lagi digunakan untuk pertumbuhan bagian vegetatif tanaman. Pada R5, hampir semua akumulasi karbohidrat dikirim ke polong. Berdasarkan peranan karbohidrat untuk pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, pertumbuhan tanaman setelah defoliasi pada V6 lebih besar daripada R2 dan R2 lebih besar daripada R5.
Tabel 1 menunjukkan pula bahwa defoliasi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan luas daun tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap banyak daun, berat kering daun, dan berat kering tanaman. Semakin tinggi tingkat defoliasi semakin besar pula pertumbuhan luas daun.
Gambar 1 menunjukkan adanya korelasi yang nyata antara tingkat defoliasi dan persentase pertumbuhan luas daun pada V6. Tampaknya, pertumbuhan luas daun ditentukan oleh luas daun yang tersisa setelah defoliasi. Apabila terjadi defoliasi, semakin sedikit luas daun yang tersisa setelah defoliasi semakin besar laju fotosintesis dan semakin besar pula pertumbuhan luas daunnya. Pada R2 dan R5, luas daun yang tersisa setelah defoliasi tidak mempengaruhi laju fotosintesis sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan luas daun.
Defoliasi berpengaruh terhadap pertumbuhan luas daun. Semakin tinggi tingkat defoliasi semakin besar pula pertumbuhan luas daun. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa tanaman mempunyai daya sembuh (recovery) yang tinggi terhadap defoliasi. Oleh karena itu, penentuan tingkat kerusakan tanaman harus dilakukan segera setelah defoliasi.
Parameter Pertumbuhan
Stadia tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap ILD, LAB, dan LPT (Tabel 2). Tingkat defoliasi berpengaruh nyata terhadap ILD tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap LAB dan LPT. Semakin tinggi tingkat defoliasi semakin rendah ILD.
Pada Tabel 3 terlihat adanya hubungan antara ILD dan persentase luas daun yang hilang setelah defoliasi (hubungan I) serta hubungan antara ILD dan luas daun yang tersisa setelah defoliasi (hubungan II) pada V6, R2, dan R5. Persamaan regresi kedua hubungan tersebut dapat digunakan untuk menduga ILD. Apabila dibandingkan koefisien determinasi (R2) kedua hubungan tersebut, tampak bahwa R2 pada hubungan II lebih besar daripada hubungan I. Ini berarti bahwa keragaman ILD lebih ditentukan oleh luas daun yang tersisa setelah defoliasi daripada oleh persentase luas daun yang hilang setelah defoliasi.
ILD adalah salah satu parameter pertumbuhan tanaman. Tingkat kerusakan tanaman dapat ditentukan berdasarkan luas daun yang hilang atau yang tersisa setelah defoliasi. Karena melalui persamaan regresi keragaman ILD lebih ditentukan oleh luas daun yang tersisa setelah defoliasi daripada oleh luas daun yang hilang setelah defoliasi, maka tingkat kerusakan tanaman sebaiknya ditentukan berdasarkan pengukuran luas daun yang tersisa setelah defoliasi.
KESIMPULAN
Defoliasi pada R2 dan R5 tidak mempengaruhi luas daun sebaliknya berpengaruh pada V6. Pertumbuhan luas daun tertinggi dicapai pada tingkat defoliasi tertinggi.
Defoliasi pada V6, R2, dan R5 tidak mempengaruhi LAB dan LPT tetapi mempengaruhi ILD. ILD terendah dicapai pada tingkat defoliasi tertinggi. Keragaman ILD lebih ditentukan oleh luas daun yang tersisa daripada oleh luas daun yang hilang setelah defoliasi.
Disarankan untuk mengukur luas daun yang tersisa segera setelah defoliasi sebagai dasar dalam menentukan tingkat kerusakan tanaman oleh hama daun.
PUSTAKA
1. Bardner, R. and K.E. Fletcher. 1974. Insect infestations and their effects on the growth and yield of field crops: a review. Bull. Ent. Res. 64: 141-160.
2. Rudd, W.G., W.G. Ruesink, L.D. Newsom, D.C. Herzog, R.L. Jensen, and N.F. Marsolan. 1980. The systems approach to research and decision making for soybean pest control, pp. 99-122. In: C.B. Huffaker (Ed.). New technology of pest control. John Wiley and Sons, New York.
3. Watson, D.J. 1952. The physiological basis of variation in yield. Advances in Agron. 4: 101-145.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar