Arifin, M. 1983. Pembiakan dengan makanan buatan dan patogenisitas NPV terhadap Leucania separata Walker. Kongres Nasional Biologi VI. Surabaya, 17-19 Juli 1983. Perhimpunan Biologi Indonesia (PBI). 12 p.
Muhammad Arifin
Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor
ABSTRAK
Penelitian pembiakan dengan makanan buatan untuk penyediaan serangga inang dan patogenisitas NPV (nuclear-polyhedrosis virus) terhadap Leucania separata telah dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Makanan buatan untuk pembiakan ulat L. separata diuji dengan membandingkan beberapa sifat biologi ulat tersebut pada beberapa tanaman inangnya. Patogenisitas NPV diuji pada berbagai umur ulat L. separata.
Ulat L. separata dapat dibiakkan dengan makanan buatan. Sifat biologinya sama dengan ulat yang dibiakkan dengan tanaman inangnya. Ulat instar 1 sampai 3 lebih rentan terhadap NPV daripada ulat instar 4 dan 5. Ulat instar 5 menunjukkan ketahanan 100 kali lebih besar daripada ulat instar 1.
PENDAHULUAN
Ulat grayaK Leucania separata Walker (Lepidoptera: Noctuidae) merupakan salah satu hama penting pada tanaman pertanian di Indonesia. Hama ini sering timbul secara eksplosif dan menghabiskan seluruh daun dari sesuatu jenis tanaman. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan teknik yang secara ekologis dan ekonomis dapat dipertanggung-jawabkan, antara lain dengan musuh alami.
NPV (nuclear-polyhedrosis virus) telah dikenal sebagai patogen pada berbagai jenis ulat Lepidoptera. Ulat yang diinfeksi dengan NPV akan mati dengan gejala khas, yaitu layu dan umumnya tergantung dengan prolegnya pada ujung helaian daun tanaman inang. Integumennya sangat rapuh dan mudah sobek (6).
Penelitian NPV di Indonesia belum banyak dilakukan padahal patogenisitasnya terhadap hama-hama Lepidoptera cukup besar (2;5). Dengan terbukanya kemungkinan pengendalian L. separata dengan NPV, perlu dilakukan penelitian pembiakan dengan makanan buatan untuk penyediaan serangga inang dan patogenisitas NPV terhadap ulat L. separata. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kemungkinan pengendalian L. separata dengan NPV.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ulat L. separata, NPV, makanan buatan dan beberapa tananan inang ulat L. separata. Penelitian dilakukan di laboratorium Kelompok Hama dan Penyakit, Balittan Bogor.
A. Pembiakan ulat L. separata
Susunan makanan buatan yang akan dibahas di sini disajikan pada Tabel 1.
Masing-masing komponen makanan buatan kecuali agar-agar dicampur dan dilumatkan dengan air sebanyak 300 ml. Secara terpisah, agar-agar dididihkan dengan air sebanyak 400 ml. Larutan agar-agar panas dicampur dengan larutan bahan tadi. Makanan buatan disimpan pada suhu 50 C.
Ulat L. separata dikoleksi dari Kebun Percobaan Cikeumeuh, Balittan Bogor. Ulat generasi kedua yang dipelihara dengan daun jagung digunakan dalam penelltian ini.
Setelah menetas, ulat sebanyak 10 ekor dipelihara secara individual dalam cawan Petri yang berisi potongan daun jagung, sorghum, padi, gandum, rumput ganjuran dan irisan makanan buatan. Ngengat yang muncul dipasangkan dalam botol dan diberi larutan madu 10% serta lipatan kertas filter untuk peletakan telur.
Pengamatan meliputi beberapa sifat biologi L. separata. Rancangan yang digunakan adalah Acak Lengkap dengan ulangan sebanyak 10 kali.
B. Patogenisitas NPV terhadap L. separata
Semua ulat yang digunakan berasal dari pembiakan masal dengan makanan buatan secara terus-menerus selama lebih dari 10 generasi. NPV yang digunakan berasal dari koleksi di daerah Hiroshima Jepang pada tahun 1975.
Makanan yang mengandung NPV dimakankan pada ulat. Ulat-ulat yang mati dihomogenasi dengan air suling dan disaring dengan kain kasa berukuran 100 mesh. Suspensi polyhedra kasar disentrifus pada 1000 g selama 15 menit. Sedimen polyhedra dicuci tiga kali dengan air suling. Polyhedra yang telah dicuci ditetesi larutan Triton X-100 0,1%. Banyaknya polihedra dihitung dengan haemacytometer.
Suspensi polyhedra diencerkan secara seri dengan kelipatan 10 kali. Larutan polyhedra dengan konsentrasi 108 – 102 PIBs (polyhedra inclusion bodies)/ml dioleskan pada daun jagung. Setelah daun kering angin, segera dimakankan pada ulat instar 3 sampai 5, masing-nasing sebanyak 10 ekor dalam tabung gelas selama 48 jam. Setelah inokuLasi, ulat dipelihara secara individual dengan makanan buatan selama 13 hari.
Ulat yang mati diperiksa dengan mikroskop. Penentuan LC50 dan LC90 dihitung dengan metode eye-fit.
HASIL PENELITIAN
A. Pembiakan ulat
Beberapa sifat biologi L. separata yang dipelihara dengan makanan buatan dan beberapa tanaman inang disajikan pada Tabel 2.
Perkembangan ulat tercepat dijumpai pada daun sorghum dan dan makanan buatan, yaitu sekitar 14 hari. Ulat dengan instar paling sedikit dijumpai pada ketiga macam makanan tersebut, yaitu sebanyak enam instar. Kematian ulat tidak dijumpai pada daun jagung, sorghum, gandum, dan makanan buatan. Berat ulat maksimum yang betina mencapai 743-827 mg, sedangkan yang jantan 696-776 mg.
Kematian kepompang tidak dijumpai pada daun jagung, sorghum dan makanan buatan. Perkembangan kepompong tercepat dijumpai pada makanan buatan, daun sorghum dan gandum, yaitu 8,0-8,3 hari. Kepompong dengan berat maksimum dijumpai pada makanan buatan dan daun sorghum, masing-masing 352 dan 361 mg pada yang betina dan 347 dan 352 mg pada yang jantan.
Umur ngengat betina 9-11 hari sedangkan yang iantan 8-10 hari. Periode pre-oviposisi 1-2 hari. Periode oviposisi 7-9 hari. Telur terbanyak dijumpai pada makanan buatan dan daun sorghum, masing-masing sebanyak 1230 dan 1260 butir.
Ada korelasi antara banyaknya instar ulat dan lama fase ulat (r = 0,850), dan antara berat kepompong dan banyaknya telur yang dihasilkan tiap ngengat betina (r = 0,842).
B. Patogenisitas NPV
Kerentanan berbagai instar ulat L. separata terhadap NPV disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 1-4.
Ulat L. separata instar 1 sampai 3 lebih rentan terhadap NPV daripada ulat instar 4 dan 5. Ulat instar 5 menunjukkan ketahanan 100 kali lebih besar daripada instar 1.
PEMBAHASAN
A. Pembiakan ulat
Fase ulat yang dipelihara dengan daun sorghum, gandum dan makanan buatan lebih pendek daripada makanan lain. Perbedaan lama fase ulat tergantung pada banyaknya instar ulat. Ulat dengan instar sedikit, fasenya pendek. Semua ulat yang dipelihara dengan daun sorghum, gandum dan makanan buatan memiliki enam instar, sedangkan dengan makanan lain lebih dari enam instar. Serangga ini biasanya memiliki enam instar, tetapi bila ulat dipelihara dengan makanan yang kondisinya kurang baik, akan memiliki lebih dari enam instar (1).
Korelasi antara berat kepompong dan banyaknya telur yang dihasilkan tiap ngengat betina menunjukkan, bahwa pada berbagai macam makanan, kepompong yang lebih berat mempunyai telur yang lebih banyak.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan, bahwa L. separata yang dipelihara dengan makanan buatan maupun tanaman inang, sifat biologisnya sama.
B. Patogenisitas NPV
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ulat L. separata rentan terhadap NPV. NPV memberikan tingkat efektifitas lebih tinggi pada ulat instar 1 sampai 3 daripada ulat instar 4 dan 5. Kenyataan yang sama juga diperoleh pada pengujian patogenisitas NPV pada ulat Heliothis zea, H. virescens (2), Spodoptera exigua (3), S. litura (5) dan Trichoplusia ni (4).
Dari hasil tersebut dapat diperoleh gambaran, bahwa pengaruh NPV terhadap tingkat kematian ulat bervariasi menurut umur ulat dan konsentrasi NPV. Makin muda umur ulat, makin rendah konsentrasi NPV yang dilbutuhkan untuk mengendalikan ulat tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi NPV di lapang, pengendalian L. Separata harus didasarkan pade umur ulat dan konsentrasi NPV yang tepat.
KESIMPULAN
1. Ulat L. separata dapat dibiakkan dengan makanan buatan. Sifat biologinya sama dengan ulat yang dibiakkan dengan tanaman inang.
2. Ulat L. separata instar 1 sampai 3 lebih rentan terhadap NPV daripada ulat instar 4 dan 5. Ulat instar 5 menunjukkan ketahanan 100 kali lebih besar daripada ulat instar 1.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hirai, K. 1976. A simple artificial diet for mass rearing of armyworm, L. Separata (Lepidoptera, Noctuidae). App. Ent. Zool. 11(4): 278-283.
2. Ignoffo, C.M. 1966, Susceptibility of the first instar of the bollworm, Heliothis zea, and the tobacco budworm, Heliothis virescens to Heliothis nuclear-polyhedrosis virus. J. Invertebr. Pathol. 8: 531-536.
3. Ignoffo, C.M. and C. Garcia. 1969. Relative susceptibility of four noctuids to their respective nucleopolyhedrosis virus . J. Invertebr. Pathol. 14: 282-283.
4. Mc Ewen, F.L. and E.S. Harvey. 1958. Control of the cabbage looper with a virus diseases. J. Econ. Ent. 51: 626-631.
5. Okada, M. 1977. Studies on the utilization and mass production of Spodoptera litura nuclear-polyhedrosis virus for control of the tobacco cutworm, Spodoptera lltura F. Revlew of Plant Protection Research. 10: 102-128.
6. Tanada, Y. 1959. Descriptions and characteristics of a nuclear-polyhedrosis virus and a granulosis virus of the armyworm, Pseudaletia unipuncta (Haworth) (Lepidoptera, Noctuidae). J. Insect Pathol. 1: 197-214.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar